Sunah Rasulullah di dalam ber-'iedhul fithri


Idul Fithri sering disebut sebagai hari kemenangan. Menang dalam memerangi berbagai godaan selama puasa sebulan. Rasulullah saw. mengajarkan hal-hal berikut dalam ber-Idul Fithri :

1. Disunnahkan mandi dan mengenakan pakaian yang terbaik dari yang dimiliki. Khusus laki-laki disunnahkan memakai wewangian. Sedangkan bagi wanita, memakai wangi-wangian/ber-hias di luar rumah diharamkan, karana akan menimbulkan fitnah. Hasan Ash-Shibit berkata :
"Rasulullah memerintahkan kami agar pada hari 'idain( Aidul Fithri dan Aidul ADha) mengenakan pakaian yang terbagus, memakai wewangian yang terbaik, dan berkorban (pada Aidul Adha) dengan haiwan yang paling berharga."(diriwayatkan oleh Al-Hakim)
Ibnul Qayyim mengatakan, pada kedua hari raya itu, Rasulullah biasa mengenakan pakaian yang terbaik. Bahkan beliau menyediakan satu stel pakaian khusus untuk hari raya dan shalat Jum'at.

2. Disunahkan makan dahulu sebelum berangkat ke tempat solat. Berkata Anas bin Malik,"Sesungguhnya Rasulullah tidak berangkat (ke tempat solat) pada hari Aidul Fithri sebelum memakan beberapa butir kurma dengan jumlah yang ganjil." (HR Ahmad dan Bukhari).

3. Disunnahkan seluruh kaum muslimin beserta keluarganya untuk hadir di tempat solat. Khusus bagi wanita yang sedang haid tidak ikut mengerjakan shalat, jadi hanya datang saja. Ummu 'Athiyyah menjelaskan, "Kami diperintahkan untuk mengeluarkan semua gadis dan wanita yang haid pada kedua hari raya agar mereka dapat menyaksikan kebaikan hari itu dan mendapatkan do'a dari kaum muslimin. Hanya saja wanita-wanita yang haid meninggalkan tempat solat (di saat orang lain solat)." muttafaq 'alaih

4. Menempuh jalan yang berbeda ketika berangkat dan pulang (jika memungkinkan). "Adalah Nabi saw. pada hari raya menempuh jalan yang berlainan (HR. Bukhari)

5. Ketika bertemu sesama muslim dianjurkan untuk saling mendo'akan. Do'a yang sering diucapkan oleh para shahabat radhiyallahu'anhum adalah : taqabballahu minna wa minkum (semoga Allah menerima (ibadah) dari kami dan dari Anda).

6. Selain adab-adab khusus di atas, kita juga harus memperhatikan adab-adab yang telah berlaku secara umum, contohnya:

- tidak berlaku boros dan mubadzir. Ingatlah di tempat lain masih banyak saudara-saudara kita yang kesulitan mencari sesuap nasi. Allah menegaskan bahwa orang-orang yang berlaku boros adalah saudara syaithan.(QS Al-Israa': 26-27)

- tidak berlaku israf (berlebih-lebihan) bersabda Rasulullah ,"Makan, minum, berpakaian, dan bersedekahlah kamu dengan tidak berlebihan dan tidak sombong."

- tidak ikhtilat (campur baur dengan bukan mahram). Suasana hari raya sangat kondusif/mendukung untuk terciptanya "ikhtilat". Namun demikian seorang muslimah harus dapat menjaga diri. Sebab yang dilarang Allah bukan hanya zina, tetapi termasuk mendekatinya. Bahawa kaum muslimah diwajibkan berjilbab bukanlah legitimasi untuk berbaur dengan laki-laki yang bukan mahram. Rasulullah saw memperingatkan kaum pria dengan sabdanya,"Hindarilah olehmu untuk bercampur dengan kaum wanita." Seorang laki-laki bertanya,"Wahai Rasulullah bagaimana pendapatmu tentang alhamwu (kerabat isteri/suami) ?" Berkata Rasulullah, "Alham-wu adalah kematian!" muttafaq 'alaih

Termasuk dilarang adalah bersalaman dengan yang bukan mahramnya. Sering terjadi, karana alasan bermaaf-maafan, seorang laki-laki menyalami (berjabat tangan) dengan wanita yang bukan mahram. Berkata Rasulullah saw. : "Sesungguhnya saya tidak pernah bersalaman dengan wanita."

- dari majalah Ummi No. 11/V 1414 H - 1994 M --